PENGORGANISASIAN
INFORMASI/ PENGETAHUAN DALAM INGATAN
MANUSIA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang
sangat kompleks, terutama dalam pemikirannya.
Alat untuk berpikir tersebut adalah otak. Tidak hanya gawai yang mempunyai
memori tetapi manusia juga mempunyai memori yaitu otak, yakni memori otak
manusia memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam
jumlah tak terbatas.
Namun tidak semua manusia memanfaatkan kapasitas tersebut secara optimal
sehingga banyak ruang-ruang dalam memori yang tidak terisi secara baik.
Pengolahan informasi
mengandung pengertian tentang bagaimana individu mempersepsi, mengorganisasi,
dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Psikologi kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Perbedaan antara teori
belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada derajat penekanan pada soal belajar.
Teori pengolahan informasi
tidak memperlukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama. Belajar
itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan
belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetapi tidak jelas
(Anderson, 1980). Namun, demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan
sumbangan atas pengertian proses belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1, Teori pengolahan informasi dan
aplikasinya dalam pembelajaran
II.
PEMBAHASAN
A. SISTEM MEMORI MANUSIA
Konsepsi
lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat
penyimpan informasi dalam waktu yang lama. Jadi, memori adalah koleksi
potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling
berkaitan. Mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur
yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi
semua pengetahuan (Naisser, 1967).
Memori
otak manusia merupakan suatu organisasi dan bukan merupakan gudang yang pasif,
tetapi merupakan suatu yang aktif memiliki data penginderaan mana yang akan
diolahnya, mengubah data menjadi informasi yang bermakna dan menyimpan
informasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Memori otak manusia merupakan
suatu system yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi.
Sebagaian
besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga
struktur memori yaitu sebagai berikut :
1. Pencatat penginderaan
2. Penyimpanan jangka pendek
3. Penyimpanan jangka panjang
Dalam
memori kerja atau memori jangka pendek informasi tersebut selanjutnya
disandikan menjadi wujud yang bermakna dan dikirim ke memori jangka panjang
untuk disimpan secara tetap. Proses penyandian informasi dan pengiriman ke
memori jangka panjang merupakan fase inti dari belajar. Asumsi pokok yang
melandasi teori-teori pengolahan informasi adalah bahwa informasi adalah
organizer dan prosesor informasi yang aktif, dan rumit.
B. KOMPONEN BELAJAR
Penerapan
teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu sebagai berikut
:
1.
Perhatian ke Stimulus
Pengolahan system
informasi dalam memori manusia di awali ketika isyarat fisik diterima pencatat
sensor melalui indera (Visual, audio, maupun kenestetik). Isyarat fisik ini,
disimpan sebentar untuk diolah dalam system memori.
2. Mengkode Stimulus
Apakah stimulus akan
diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai memori
jangka panjang sebagai memori inaktif, maka diperlukan pengolahan lebih lanjut.
Proses inilah yang disebut dengan pengkodean yaitu mengubah stimulus sehingga
dapat disimpan sehingga pada waktu lain dapat di munculkan kembali dengan
mudah.
3. Penyimpanan dan Retrival
Pengkodean dimaksudkan
untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka panjang untuk dapat
diingat sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini, sangat bergantung pada
bagaimana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan
informasi sebelumnya dari memori jangka panjang.
C. PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI PENGOLAH INFORMASI
Penerapan teori pengolah
informasi dalam pembelajaran berasal dari asumsi bahwa memori manusia itu suatu
system yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi
informasi dan keterampilan bagi penyimpannya untuk dipelajari. Para ahli teori
kognitif berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan
belajar daripada hal-hal yang ada dilingkungan.
Komponen belajar menurut
teori pengolah informasi seperti dipaparkan bada bagain
awal bahwa komponen belajar adalah sebagai berikut :
1. Perhatian ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen
komponen belajar tersebut selanjutnya hal yang esensial dari
pembelajaran yang dapat dilakukan adalah :
a. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
System memori manusia
dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan
diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan
memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus
antara lain:
1) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih
2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu.
b. Memperlancar Mengkode
Selama
belajar, fungsi pengkodean adalah untuk menyiapakn informasi baru untuk
disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini, menghendaki transformasi
informasi menjadi kode ringan untuk memudahkan mengingat kembali diwaktu
kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu
dengan memberkan pengisyarat, elaborasi, dan cara titian ingatan (mneumonik)
sebagai pembantu untuk menyusun
sandi, ancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.
Ancangan
yang lain adalah untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi yang
dihasilkan peserta didik, ancangan ini disebut bantuan berbasis peserta didik.
Bantuan berbasis pembelajaran misalnya penggunaan sinonim untuk kata-kata yang
sulit, ihtisar bab, pertanyaan ulangan, dan akronim untuk belajar asosiasi yang
sembarang sifatnya. Teknik yang kurang dikenal yang bisa memudahkan pengkodean
dari buku pelajaran ialah memberikan tanda petunjuk. Tanda-tanda petunjuk
misalnya, judul paragraph, priview, kata-kata petunjuk
seperti “ayangnya, “yang penting” dan seterusnya.
Bantuan
yang berbasis peserta didik, pengisarat baik visual maupun verbal yang berasal
dari peserta didik itu sendiri dapat membantunya memperoleh asosiasi yang
sembarang saja
sifatnyas misalnya sebuah daftar, metode loci dan sebagainya.
Penerapan
khusus pengisarat dari peserta didik disebut metode kata penting atau kata
kunci untuk belajar bahasa asing. Metode katas-kata penting berguna untuk
informasi yang kurang inheren organisasi atau asosiasinya, tetapi elaborasi
oleh peserta didik dapat juga memudahkan pengkodean untuk materi-materi
pembelajaran, misalnya menggaris bawahi bacaan dan membuat catatan.
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival
Siasat pengkodean penting karena dapat meningkatkan
kemampuan mengingat kembali kelak. Irama bunyi, akronim, sajak, kata-kata
pokok, citra visual, semuanya memberikan pengisaratan untuk maksud retrival
bagi peserta didik dalam belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi
basis peserta didik kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali. Proses
pemunculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan dianalogikan dengan
mekanisme penelusuran. Norman dan Bobrow (dalam Degeng 1989) Mengemukakan dau
tahap dalam melaksanakan penelusuran. Tahapan pertama adalah untuk menetapkan
informasi yang diinginkan (yang ingin dimunculkan dari dalam ingatan). Tahapan
kedua adalah untuk penelusuran yang sebenarnya, yaitu mencakup tindakan
peninjauan kembali struktur ingatan sebenarnya, yaitu yang mencakup tindakan
peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkati di dalamnya,
sampai informasi yang diinginkan didapatkan.
Asumsi yang dipakai dalam
penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur
informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak secara
hirarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang umum
dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
III. SIMPULAN
Dari pembahasan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang
bagaimana individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar
informasi yang diterima individu dari lingkungan yang bersangkutan karena
itulah teori ini akan membantu kita untuk memahami proses belajar yang terjadi
dalam diri peserta didik mengerti kondisi dan faktor yang mempengaruhinya dan
megetahui hal-hal yang dapat menghambat serta memperlancar belajar peserta
didik, sehingga dengan pengetahuan itu seorang guru akan lebih bijaksana dan melakukan
hal tepat dalam merencanakan proses pembelajaran, menerapkannya dalam
pembelajaran, dan terus
mengembangkannya atau mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif.
Psikologi kognitif sebagai
upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang
(Anderson, 1980). Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi
adalah pada derajat penekanan pada soal belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson,
1980. Cognitive Psychology and Its Implication. San Francisco: W.H. Freeman.
https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/
https://rizkayuni01.wordpress.com/2015/07/02/teori-belajar-pengolahan-informasi/
https://www.scribd.com/document/382343265/Tugas-KB-4-Modul-3-Aplikasi
No comments:
Post a Comment