Thursday, May 7, 2020

KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR


TUGAS ISBD
KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKASSAR

OLEH :
                                               NAMA          : HASMIDAR
                                               KELAS         : B.23
                                               NIM              : 104 704 267


PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN GURU SD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Gaya hidup masyarakat Makassar
Perihal kehidupan komunitas yang tergolong khas Makassar adalah kelompok maniak bola, pendukung separuh mati kesebelasan PSM. Mereka itu, sesaat setelah PSM keluar sebagai pemenang saat bertanding di lapangan Andi Mattalatta (dulu Stadion Mattoanging), berkonvoi keliling kota dengan deru bunyi kendaraan yang memekak telinga tanpa peduli rambu lalu lintas, dan seolah kelompok mereka sajalah yang berhak atas jalan raya.
Gejala yang unik berlaku pula pada kelompok waria, mereka amat kreatif memperbaharui kode-kode komunikasi di antara mereka. Mereka yang kini setiap malam berkumpul di sudut lapangan Karebosi, tidak lagi mengerti kode komunikasi pendahulu mereka yang telah pensiun menggumuli kehidupan malam di Karebosi. Itu terjadi karena kode bahasa yang digunakan akan mereka perbarui manakala telah dipahami oleh komunitas lain di luar komunitasnya.

Kuliner. Sungguhpun Kota Makassar telah diserbu oleh makanan-makanan impor, makanan fast food yang secara sosial mengemban citarasa kelas menengah atas, namun makanan-makanan khas yang merupakan warisan dari leluhur Bugis-Makassar, seperti pallu basa, coto, sop saudara, ikan bakar dan lainnya, tetap bertahan dan diminati oleh masyarakat. Karena itu makanan tersebut banyak disajikan di berbagai warung makan pojok hingga kelas restoran, dan bahkan selalu tersaji di setiap acara syukuran dan upacara yang bersangkut paut dengan siklus kehidupan (aqiqah, sunatan, perkawinan, dan juga upacara kematian). Gejala itu mengisyaratkan bahwa ada hal yang relatif sulit berubah dalam diri manusia–meskipun dihantam oleh arus kuat globalisasi–yakni selera makan. Memang, telah menjadi aksioma di kalangan ahli antropologi nutrisi bahwa jenis dan menu makanan yang selalu dikonsumsi oleh anak manusia sejak belajar mengonsumsi makanan di luar air susu ibu, hingga berusia balita akan membentuk selera makan mereka, dan selera makan itu sangat sulit berubah.
Isu yang berkenaan dengan fenomena yang juga unik di Kota Makassar adalah orang-orang yang mengantarkan mayat ke tempat pembaringannya yang terakhir. Raungan mobil ambulans di tengah jalan berada di tengah kendaraan para pengiring jenazah. Bagian depan mobil jenazah, kendaraan roda dua melaju dengan kecepatan rata-sekitar 70 km per jam, dan selain seolah mau menggunakan seluruh badan jalan, juga hendak menabrak seluruh pengguna jalan yang searah dan berlawanan arah dengannya. Kendaraan yang dilewatinya harus segera menyingkir ke sisi tepi jalan. Tak menyingkir, berarti siap menerima bala. Dari segi normatif agama, seyogyanya orang-orang yang berada di jalan dan sedang larut tenggelam dengan urusan duniawiah, saat berpapasan dengan mayat akan segera berefleksi tentang nisbinya dunia dan kemudian mendoakan almarhum/almarhumah agar selamat di haribaan ilahi, malahan yang terjadi adalah sebaliknya. Hatinya murka, dan acap terlontar ungkapan dari mulut mereka, “sudah meninggal masih menyusahkan orang”.
Perang antar kelompok, juga merupakan fenomena unik di Kota Makassar. Unik karena tidak hanya menjadi suatu kebiasaan bagi anak remaja yang bermukim di daerah slum, tetapi fenomena itu selalu muncul saat bulan ramadan—bulan suci, bulan penuh rahmat dan hidayat—saat mereka baru saja menunaikan salat tarawih dan salat subuh. Perang antar kelompok tercipta tidak lama setelah mereka menyebut asma Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang serta juga mengucapkan salam di akhir salat. Dua dari sekian banyak simbol ibadah yang mestinya dimaknai sebagai keharusan umat manusia berikhtiar mewujudkan kehidupan saling mengasihi di antara sesama, dan menyelamatkan seluruh ciptaan Allah dari kerusakan.
Fenomena tawuran di Kota Makssar, bukan melulu menjadi milik anak-anak yang tumbuh di daerah kumuh, melainkan diadopsi pula oleh mahasiswa di hampir seluruh perguruan tinggi di Makassar. Fenomena itu sungguh rumit dijelaskan dengan menggunakan logika normal. Sebab, selama ini mahasiswa diklaim sebagai generasi terdidik dan tercerahkan, tetapi tindakannya masih saja mengikuti naluri primitif.

Kebiasaan unik masyarakat Makassar
Beragam cara masyarakat Indonesia menyambut datangnya tahun baru Islam. Di Makassar, Sulawesi Selatan, warga lebih banyak melakukan aktifitas dengan berbelanja. Tujuannya adalah memborong alat-alat dapur, utamanya gayung, atau timba serta ember.
Kebiasaan memborong alat-alat dapur yang dilakukan hampir seluruh warga Makassar ini memiliki tujuan tertentu. Yakni bentuk pengharapan agar rejeki tahun ini semakin banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kehidupan Beragama
Hubungan diantara mereka hanya didasari hubungan kerja, saling ketergantungan dan saling menguntungkan. Dalam hubungan formal ditandai hilangnya batas sosial karena perbedaan kelompok dan agama. Sehingga interaksi dalam lembaga-lembaga formal berlangsung dengan baik.

Faktor-faktor yang mendukung terwujudnya kerukunan beragama di  Kecamatan Makassar ia alah sikap netralnya pemimpin formal mulai dari atas sampai kepada pemimpin paling bawah, tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai perbedaan yang ada, sikap gotong royong, tenggang rasa dan persaudaraan, dan peranan lembaga-lembaga keagamaan yang menghimpun kelompok dalam intern umat beragama.



No comments:

Post a Comment

REKOMENDASI MASKER MEDIS

REKOMENDASI MASKER MEDIS MENURUT MIMIN 😊 yang ramah dikantong 😍  1. MASKER GOTO ENVIRO Temukan Goto Enviro 50 Pcs 3ply Facemask Masker Ear...