Carut-Marut Pendidikan di Indonesia
Berpikir
tentang pendidikan di indonesia,maka yang terbesit dipikiran kita semua yaitu
sesuatu yang masih perlu banyak perbaikan . Sebab sebaimana yang kita ketahui
bersama pendidikan adalah kebutuhan primer bagi manusia. Tapi sayangnya masih
banyak penduduk di indonesia yang belum menyadari hakekat pendidikan yang
sebenarnya. Ini terbukti dengan masih banyaknya kelakuan-kelakuan manusia yang
tidak mencerminkan manusia yang berpendidikan ,seperti : mencuri,pemerkosaan,perampokan,korupsi,kolusi,nepotisme,dan
lain sebagainya.
Pendidikan
itu bukan berarti hanya dapat berlangsung pada saat kita duduk di dalam kelas
dan mendengarkan ceramah dan lain sebagainya dari guru. Tetapi pendidikan itu
dapat dilakukan di mana saja , kapan saja dan berlangsung hingga kita masuk
lubang ( live long education ) . Jadi, tidak ada batasan dalam menuntut ilmu.
Menurut saya pendidikan yang baik itu ada pada lingkungan keluarga , karena
dalam lingkungan keluarga kita diajarkan kecerdasan spiritual , keluarga
menanamkan nilai-nilai kehidupan pada diri kita , seperti :
tolong-menolong,bertanggung jawab, bimbingan, pengarahan, dan cinta kasih dan
lain sebagainya.
Kemudian
setelah cukup umur , barulah kita dapat mengenyam pendidikan lewat jalur sekolah
, di mana , di sekolah pendidikan awal kita pada lingkungan keluarga ( pondasi
pendidikan ) dipermantap, artinya segala potensi yang kita bawa dari keluarga
itu diasah oleh sekolah. Di sekolah kita ditanamkan kemempuan kognitif ,
afektif , dan psikomotor.
Setelah
mengenyam pendidikan di sekolah , maka kita akan kembali ke masyarakat. Dalam
lingkungan masyarakat inilah kita mengintegrasikan potensi-potensi kita yang
telah diasah di sekolah agar berguna bagi kita sendiri dan masyarakat luas .
Dalam masyarakat nilai kebaikan agar dapat menumbuhkembangakan keadilan dalam
seluruh aspek kehidupan sosial.
Pendidikan
ada sejak manusia itu ada. Jadi , jelaslah bahwa manusia dan pendidikan ibarat
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Jika
bangsa Kita Indonesia ingin menjadi negara yang maju dan jauh lebih baik dari
sekarang , maka menurut saya aspek yang paling
pertama dan utama yang harus dibenahi yaitu aspek pendidikan. Mengapa demikian
? karena pendidikan adalah “ujung tombak” dari segala aspek kehidupan manusia ,
baik aspek ekonomi ,aspek politik ,aspek hukum ,aspek kebudayaan , dan aspek-aspek lainnya.
Kenyataannya
, telah banyak kebijakan – kebijakan yang telah dikeluarkan untuk memperbaiki
aspek pendidikan di indonesia yaitu antara lain : wajib belajar 12 tahun , dana
BOS , pendidikan gratis , internet masuk desa , perbaikan kurikulum dan lain
sebagainya. Namun nampaknya kebijakan – kebijakan ini masih belum menyentuh
masyarakat luas. Ini terbukti dengan masih banyaknya anak – anak indonesia yang
tidak bersekolah , penduduk indonesia masih banyak yang buta huruf dan lain
sebagainya.
Hal
ini karena masyarakat indonesia pola pikirnya lebih kepada hanya bagaimana
untuk mendapatkan uang atau “ matrealistik “ , nah dampaknya anak di bawah umur
sudah disuruh untuk mencari uang padahal seharusnya anak – anak itu bersekolah
, mengenyam pendidikan agar kehidupannya jauh lebih baik. Toh, bukankah
pendidikan sekolah diberikan subsidi oleh pemerintah agar anak – anak indonesia
dapat mengenyam pendidikan sekolah.
Tetapi
hal ini menjadi semakin pelik mengingat masyarakat indonesia masih banyak yang
hidup dalam kondisi yang memprihatinkan ataupun di bawah garis kemiskinan,
jangankan untuk bersekolah untuk makan saja mereka kesulitan, sehingga jangan
heran kita banyak melihat anak – anak usia sekolah yang berkeliaran di jalan
pada jam – jam sekolah karena mereka menganggap pendidikan urusan yang kedua
dalam hidup mereka karena yang paling utama untuk mereka adalah urusan perut.
Kita tidak boleh langsung menyalahkan
mereka karena urusan perutpun adalah kebutuhan primer manusia.
Pendidikan
dapat memperbaiki kehidupan manusia ,
namun sangat disayangkan pada kenyataannya banyak kita jumpai di negara kita
tercinta ini negara indonesia masih banyak orang-orang yang berpendidikan
tetapi tidak terdidik. Contohnya para koruptor yang selalu menghantui kehidupan
masyarakat . Mereka rata-rata bergelar profesor , Doktor , tetapi kelakuannya
sangat tidak mencerminkan gelar yang mereka sandang dengan bangganya.Mereka
terlalu egoistik , matrealistik sehingga yang ada dipikiran mereka hanya ada
uang , uang , uang ,dan uang.
Bagaimana mungkin kehidupan bangsa
indonesia akan baik jika para pemimpinnya hanya memikirkan uang saja ,seakan –
akan mereka lupa untuk apa mereka menjabat ???, Tidak heran karena pada awal
mulanya saja pada masa pencalonan mereka telah menyogok masyarakat untuk
memilihnya . jadi siapakah
yang patut dipersalahkan ?, masyarakatkah? Atau pemerintahkah? , atau siapa ?
Tetapi
menurut saya , kita susah untuk melihat hitam putih dari masalah ini. Mungkin
saja masyarakat menerima uang sogokan itu karena terpaksa sebab mereka butuh
untuk makan. Kita tidak boleh langsung menyalah mereka dong.
Masyarakat
hanya mencontoh perilaku para pemimpin yang koruptor, sehingga dalam masyarakat
banyak sekali kekacauan yang terjadi misalnya saja pencurian , pencopetan ,dan
lain senagainya.
Dalam
dunia pendidikan persekolahan pun
tidak luput dari masalah . Sudah banyak kejadian dalam masyarakat yang sungguh
sangan memprihatinkan. Misalnya saja seorang anak sd tega membunuh temannya hanya gara – gara uang seribu perak.
Menurut saya kejadian ini sangat menampar wajah pendidikan indonesia. Bagaimana
mungkin anak sd dapat melakukan tindakan pembunuhan kepada temannya sendiri Cuma karena uang seribuan
?. Sungguh ironis memang tetapi inilah kenyataannnya. Dunia pendidikan
indonesia ibarat menelan pil pahit.
Menurut
psikolog dan para ahli kenakalan – kenakalan yang dilakukan oleh banyak remaja
di indonesia terjadi karena banyak hal yang mendasarinya atau banyak motif yang
melatarbelakangi perbuatan itu. Bisa jadi mereka kekurangan perhatian sehingga
mereka melakukan suatu kenakalan agar mereka mendapat perhatian . kemudian para
pengamat pendidikan berpandangan bahwa kenekalan – kenakalan remaja ini terjadi
karena terlalu padatnya kurikulum yang ada pada saat ini. Dan kurikulum 2013 pun memang ada beberapa bidang
studi yang dilebur tetapi jam mata pelajaran ditambah, bukankah ini sama saja. Sehingga mereka merasa jenuh
harus terus – menerus belajar dampaknya mereka melakukan hal – hal yang ekstrem.
Dan
faktanya lagi , dunia pendidikan di indonesia tidak luput pula oleh KKN. Sudah
menjadi rahasia umum ,kalau ingin
masuk ke sekolah – sekolah favorit bahkan universitas- universitas favorit kita harus
mempunyai duit berlebih dan “orang dalam “. walaupun masih ada juga sebahagian
yang jujur dan lulus tanpa harus membayar lebih dan kenal dengan orang dalam.
Pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2013 ini sangat
memalukan, pertama kali dalam sejarah ujian nasional tidak dilaksanakan secara
serentak di seluruh wilayah indonesia. Sampai-sampai ada stasiun televisi
swasta yang mengatakan “ujian (gagal) nasional “, sebab tidak dilaksanakan
secara bersama-sama di semua wilayah indonesia. Dan parahnya lagi menteri
pendidikan seakan-akan ingin “mencuci tangan” dari masalah ini dengan
mengatakan ini semua akibat keterlambatan dari perusahaan percetakan. Namun,
kenyataannya perusahaan percetakan mengatakan bahwa ini semua terjadi akibat
filenya yang terlambat datang untuk dicetak,sebab pihak percetakan meminta
filenya dikirim tiga bulan sebelum ujian nasional dilaksanakan tetapi faktanya
filenya dikirim setelah waktunya hampir mepet. Tetapi pihak pemerintah berkilah
itu dilakukan agar filenya tidak “bocor”. Lantas pertanyaannya sekarang, masih
pantaskah ujian nasional itu dilaksanakan ?
Apakah ujian nasional harus dihapuskan atau
tidak. Kalau menurut saya pribadi Ujian Nasional tidak usah dihapuskan tetapi
alangkah baiknya jika ujian nasional bukan menjadi penentu dalam meentukan
kelulusan siswa tetapi kelulusan siswa sebaiknya dikembalikan saja pada pihak
sekolah, sebab tentu yang paling tahu keadaan
murid adalah guru mereka yang hampir setiap hari berinteraksi dengan mereka.
Mungkin saja pada saat ujian nasional siswa merasa gugup sehingga mereka lupa
apa yang harus mereka jawab dan lain sebagainya.
Apalagi paket ujian nasional kali ini terdiri dari dua puluh paket. Ini semakin
menambah kekhawatiran siswa dan menjadi beban berat bagi siswa, walaupun kita
tahu maksud dari dua puluh paket itu agar meminimalisir kecurangan dalam ujian
nasional.
Sebutan
Guru menurut saya adalah sebutan yang sangat “sakral”, namun ironis sekali
banyak guru – guru di indonesia yang menurut saya masih belum pantas menyandang
gelar itu. Buktinya masih sering kita menjumpai
di koran, majalah, internet, maupun media elektronik seperti televisi misalnya
seorang guru sd melakukan aksi pencabulan terhadap siswanya yang masih di bawah
umur, memperkosa,dan lain sebagainya.
Walaupun
telah ada yang namanya sertifikasi guru yang pada
dasarnya tujuannya yaitu memperbaiki kinerja guru dalam mengemban tugasnya,
tetapi menurut saya ini masih belum efektif dan hanya membuang-buang dana saja
. mengapa demikian karena sertifikasi guru ini hanya dilakukan dalam kurun
waktu yang singkat . Nah , menurut saya mana mungkin dengan waktu yang singkat
kita dapat membuat guru itu menjadi berkompeten. Membuat guru yang kompeten
tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dan
yang saya dengar – dengar ternyata dana sertifikasi itu pun dikorup. Dan lagi
motivasi guru untuk mengikuti kegiatan sertifikasi ini bukan untuk menjadi guru
yang lebih baik lagi atau guru yang profesional tetapi hanya untuk mendapat
gaji yang lebih saja. Ini terbukti dengan adanya guru yang menyuruh mahasiswa
untuk mengerjakan tugas-tugas mereka yang berkaitan dengan perbaikan kompetensi
guru.
Sunnguh
sangat ironis kehidupan pendidikan di
indonesia. Bagaimana masyarakat indonesisa bisa sejahtera jika dunia pendidikan
saja masih carut-marut begini.
Dari uraian di atas , menurut saya bangsa kita telah
mengalami krisis moral/karekter. Kata Thomas
Lickona,1992 “Sebuah bangsa sedang
menuju jurang kehancuran ketka karakternya tergadai.”.
Nah,di sinilah peran atau kegunaan dari filsafat itu
sendiri. Melalui pemikiran filsafat, manusia dimingkinkan dapat melihat
kebenaran tentang sesuatu di antara kebenaran-kebenaran yang lain. Hal ini
memungkinkan kita mencoba mengambil segala kemungkinan informasi (alternatif),
di antara alternatif kebenaran yang ada ketika itu. Dalam hal ini manusia yang
mampu mengadakan pilihan-pilihan yang tepat terhadap masalah-masalah yang
dihadapi, maka ia belajar mendekati “kebijaksanaan” . Ini akan berfungsi jika
kelak calon calon guru menjadi guru dalam menghadapi murid yang beraneka
ragam,maka kita akan dapat memilih kebenaran di antara kebenaran-kebenaran yang
lain.
Seorang yang bijaksana akan memiliki kemungkinan yang
paling tepat dalam usahanya mencapai
“kesejahteraan hidup”. Karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia
berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala masalah yang
muncul dan yang ia hadapi.
Di samping itu, filsafat memberikan petunjuk dengan
metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya kita dapat
menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan agama di dalam usaha
manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu
“Mencapai Hidup Sejahtera”.
Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja
menceburkan diri ke dalam salah satu perbuatan atau situasi, karena ia selalu
sadar, bahwa ia berbuat tentang sesuatu atau tidak tentang sesuatu itu. Di sini
peranan filsafat adalah secara kritis menyerasikan kehidupan menusia, sehingga
tampak sikap hidup manusia serta arah yang mendasarinya di dalam usaha mereka
mencapai kesejahteraan hidup tadi.
Kemudian
solusi yang dapat saya tawarkan yaitu sebaiknya pemerintah merangkul masyarakat
agar lebih mengerti arti pendidikan , kemudian masyarakat mengawasi kinerja
pemerintah agar tidak melakukan KKN.
Dan
menurut saya, kurikulum seharusnya jangan terlalu padat karena hal ini dapat
membuat siswa stres belajar terus. Bukankah
seharusnya anak-anak belajar dengan hati senang dan gembira agar mereka dapat
menerima pelajaran dengan baik ,agar apa yang disampaikan oleh guru dapat
dicerna dengan baik oleh siswa. Sehingga
pada akhirnya siswa dapat menanamkaan budaya belajar mandiri pada diri mereka
masing-masing. Kemudian jam mata pelajaran agama dan PPKn harus ditambah agar
siswa mwndapat sedikit siraman rohani atau nilai-nilai kehidupan. Kemudian mata pelajaran sejarah
juga tidak kalah pentingnya , sebab dengan belajar sejarah siswa dapat
mengetahui betapa susahnya para pahlawan kita dalam memperjuangkan bangsa
indonesia. Ini dapat memberikan pengalaman berharga dan dapat mencontoh sikap
patriotisme para pahlawan dan kehidupan sehari-hari siswa. Atau kalau perlu mata pelajaran filsafat diajarkan
saja sejak dini,agar kita tidak menjadi terkatung-katung. Sebab salah satu
fungsi dari filsafat yaitu menjadi panunjuk arah ataupun pedoman hidup.
Jadi,
saran saya bagi pemerintah yaitu jangan pernah menyerah untuk memperbaiki dunia
pendidikan kita,karena bila dunia pendidikan baik maka kehidupan yang lain
pasti akan lebih baik. Kemudian saran saya untuk masyarakat yaitu seharusnya
masyarakat lebih mengerti hakekat pendidikan yang sesungguhnya dan lebih
berusaha lagi untuk dapat menyekolahkan anak-anak mereka agar dapat hidup lebih
baik lagi.